29 Des 2010

mau tahu kunci sukses?

sukses adalah pencapaian optimal dalam dari diri kita atas apa yang telah kita rencanakan. tetapi pengertian sukses tentunya bisa menjadi relatif apabila dilihat dari sudut pandang yang berbeda, sukses bisa berbeda artinya ketika dilihat dari sudut pandang materi, begitu pula bisa berbeda arti sukses apabila dilihat dari sudut pandang agama.
kesuksesan harus diupayakan dan diperjuangkan bukan menunggu datang secara instant. kesuksesan memerlukan kesungguhan dalam upaya mencapainya. energi yang kita keluarkan untuk meraih kesuksesan itu harus kita takar terlebih dahulu dan kita evaluasi agar senantiasa dalam perbaikan dan pembelajaran.
dalam kamus orang sukses tidak ada kegagalan, tetapi yang ada adalah proses pembelajaran. jadikan setiap proses dalam hidup ini adalah sebagai proses pembelajaran sehingga bukan minder atau down yang ada tetapi justru adanya evaluasi atas usaha yang telah kita lakukan, dan semakin meningkatkan semangat untuk terus maju dan meraih sukses.
tanamkan dalam diri kita AKU BISA...
A merupakan ambisi yang akan melatarbelakangi setiap tindakan kita, menjadi pendorong, menjadi motif yang membuat pola, dan menjadi impian yang memberikan sejuta harapan dalam hidup ini.
K merupakan kemampuan yang menjadi alat untuk melaksanakan motif yang telah terpola, dengan rinci kemampuan akan merespon setiap mimpi yang tercatat.
U merupakan usaha maksimal yang diupayakan oleh diri.
B merupakan proses belajar tiada henti sebagai dasar untuk peningkatan dan pengembangan kemampuan.
I merupakan proses yang melibatkan imajinasi, keyakinan serta intuisi dalam diri.
S merupakan strategi dalam usaha untuk mencapai tujuan, cara untuk mendapatkan formula yang tepat.
A merupakan aksi nyata dan sungguh-sungguh sebagai wujud usaha maksimal untuk meraih kesuksesan.

ViewSonic ViewPad android tablet Phone 7 inch

Samsung NC10 Netbook Review

Google Gadgets for Linux

Google Gadgets - UbuntuTweak

budaya populer mempengaruhi pergaulan bebas remaja

Pada akhirnya remaja mengakui bahwa orangtua mereka berpengaruh dalam membentuk pemikiran mereka soal seks. Sikap orangtua berpengaruh bagi mereka terutama dalam penentuan sikap sang remaja. Pengakuan tersebut merupakan hasil survei yang baru-baru ini dilakukan terhadap remaja Amerika yang tinggal di Washington.
"Saat anak-anak mulai berangkat remaja dan keinginan seks datang, banyak orangtua merasa kehilangan anak-anaknya karena mereka sulit untuk dijauhkan dari budaya populer yang lebih mudah menjangkau mereka. Tetapi survei yang dilakukan petugas Kampanye Nasional untuk Pencegahan Kehamilan pada Remaja justru bertolak belakang," demikian aku petugas tersebut dalam laporan mereka.
Walau para remaja mengakui pengaruh teman masih sedemikian kuat juga. Para gadis mengakui tekanan dari pasangan mereka masih kuat. Sedangkan remaja pria mengakui teman masih merupakan unsur dominan.
Berdasarkan hasil survei yang dilakukan selama kampanye tersebut ada hasil mengejutkan, bahwa untuk urusan skes ini remaja masih banyak mendapat pengaruh dari orangtua sebesar 38 persen. Dan sebagian lagi sekitar 32 persen mengaku mendapat pengaruh dari teman untuk memutuskan segala sesuatu.
Sementara itu sekitar 50 persen orangtua justru menganggap remaja mereka mudah terpengaruh untuk melakukan hubungan seks pertama kali dari teman-temannya.
Para remaja mengakui teman memang sangat berpengaruh dalam menentukan pola pikir dan sikap mereka. Sekitar 94 persen mengakui, pengaruh teman setidaknya berperan dalam dalam hal cara berpikir untuk melakukan hubungan seks
Tetapi tekanan pengaruh yang diterima remaja pria dan wanita berbeda. Sekitar 37 persen remaja wanita mengaku sering mendapat tekanan dari pasangannya. Sementara 45 persen remaja pria mendapat pengaruh dari teman-temannya, hanya sekitar 19 persen yang mengaku mendapat pengaruh dari pasangannya.
"Karena itu hal yang paling diprioritaskan adalah melakukan penyuluhan terhadap remaja pria. Saat ini masih ada pendapat keliru bahwa kehamilan remaja hanya merupakan problem remaja wanita. Padahal kehamilan itu terjadi karena peran pasangannya," ujar Bill Albert salah satu petugas kampanye untuk mencegah kehamilan remaja.
Berkat kampanye yang sering dilakukan setiap tahun, maka angka kelahiran dari remaja wanita turun sampai 20 persen sejak tahun 1991. Berkat penyuluhan yang sering dilakukan petugas, didapat hasil cukup memuaskan bahwa remaja dan dewasa muda semakin takut berhubungan seks dengan alasan terkena AIDS atau penyakit menular seksual lainnya.
Survei juga menemukan suatu bukti baru yang cukup memuaskan. Bahwa sebagian besar remaja dan dewasa muda berpikir bahwa sebaiknya remaja menunda waktu hubungan seks pertama mereka hingga saat yang tepat.
"Argumen seru yang terjadi di kalangan muda akan menjadi strategi yang efektif dengan disertai tindakan upaya pencegahan dan kampanye pemakaian alat kontrasepsi."
Secara spesifik, sekitar 73 persen orang dewasa dan 56 persen remaja mengakui remaja sebaiknya tidak melakukan hubungan seks. Tetapi jika pun mereka sudah mengakuinya, harus mendapat akses dan aktif dilibatkan dalam program keluarga berencana.
Sementara itu 50 persen orang dewasa dan 18 persen remaja mengatakan harus ada tindakan tegas bagi remaja yang nekat melakukan hubungan seks secara bebas. Sedangkan sekitar 12 persen orang dewasa dan 25 persen remaja terlihat lebih liberal. Mereka mengatakan remaja boleh melakukan kehendak mereka soal hubungan seks sepanjang akses untuk memperoleh layanan kesehatan juga terbuka lebar bagi mereka.
Pendukung program keluarga berencana sebesar 24 persen remaja dan 28 persen orang dewasa, mengatakan optimistis berbagai penyuluhan bisa mencegah tindakan remaja untuk berbuat nekat.
Survei di atas dilakukan petugas kampanye di Washington sejak Januari sampai Februari 2001 terhadap 1.002 remaja usia 12 sampai 19 tahun dan 1.024 orang dewasa. Menurut petugas, tingkat kesalahan terhadap survei itu hanya sekitar 3 persen.


dari redaksi.

Hal-hal Yang Membolehkan Jama’

Hal-hal Yang Membolehkan Jama’
1. Sebab Safar
Menjama’ shalat dibolehkan bila seseorang berada dalam keadaan safar (perjalanan).
Namun para ulama menetapkan bahwa sebuah safar itu minimal harus menempuh jarak tertentu dan ke luar kota. Di masa Rasulullah SAW, jarak itu adalah 2 marhalah. Satu marhalah adalah jarak yang umumnya ditempuh oleh orang berjalan kaki atau naik kuda selamasatu hari. Jadi jarak 2 marhalah adalah jarak yang ditempuh dalam 2 hari perjalanan.
Ukuran marhalah ini sangat dikenaldi masa itu, sehingga dapat dijadikan ukuran jarak suatu perjalanan. Orang arab biasa melakukan perjalanan siang hari, yaitu dari pagi hingga tengah hari. Setelah itu mereka berhenti atau beristirahat.
Para ulama kemudian mengkonversikan jarak ini sesuai dengan ukuran jarak yang dikenal di zaman mereka masing-masing. Misalnya, di suatu zaman disebut dengan ukuran burud, sehingga jarak itu menjadi 4 burud. Di tempat lain disebut dengan ukuran farsakh, sehingga jarak itu menjadi 16 farsakh.
Di zaman sekarang ini, ketika jarak itu dikonversikan, para ulama mendapatkan hasil bahwa jarak 2 marhalah itu adalah 89 km atau tepatnya 88, 704 km.
Maka tidak semua perjalanan bisa membolehkan shalat jama’, hanya yang jaraknya minimal 88, 704 km saja yang membolehkan. Bila jaraknya kurang dari itu, belum dibenarkan untuk menjama’.
Namun dalam prakteknya, bukan berarti jarak itu adalah jarak minimal yang harus sudah ditempuh, melainkan jarak minimal yang akan ditempuh. Berarti, siapa pun yang berniat akan melakukan perjalanan yang jaraknya akan mencapai jarak itu, sudah boleh melakukan shalat jama’, asalkan sudah keluar dari kota tempat tinggalnya.
2. Sebab Hujan
Kita juga menemukan dalil-dalil yang terkait dengan hujan. Di mana turunnya hujan ternyatamembolehkan dijama’nya Mahgrib dan Isya’ di waktu Isya, namun tidak untuk jama’ antara Zhuhur dan Ashar. Dengan dalil
Sesungguhnya merupakan sunnah bila hari hujan untuk menjama’ antara shalat Maghrib dengan Isya’ (HR Atsram).
Dari Ibnu Abbas RA. Bahwa Rasulullah SAW shalat di Madinah tujuh atau delapan; Zuhur, Ashar, Maghrib dan Isya`”. Ayyub berkata, ”Barangkali pada malam turun hujan?”. Jabir berkata, ”Mungkin”. (HR Bukhari 543 dan Muslim 705).
Dari Nafi` maula Ibnu Umar berkata, ”Abdullah bin Umar bila para umaro menjama` antara maghrib dan isya` karena hujan, beliau ikut menjama` bersama mereka”. (HR Ibnu Abi Syaibah dengan sanad Shahih).
Hal seperti juga dilakukan oleh para salafus shalih seperti Umar bin Abdul Aziz, Said bin Al-Musayyab, Urwah bin az-Zubair, Abu Bakar bin Abdurrahman dan para masyaikh lainnya di masa itu. Demikian dituliskan oleh Imam Malik dalam Al-Muwattha` jilid 3 halaman 40.
Selain itu ada juga hadits yang menerangkan bahwa hujan adalah salah satu sebab dibolehkannya jama` qashar.
Dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Rasulullah SAW menjama` zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya` di Madinah meski tidak dalam keadaan takut maupun hujan.” (HR Muslim 705).
3. Sebab Sakit
Keadaan sakit menurut Imam Ahmad bisa membolehkan seseorang menjama’ shalat. Dalilnya adalah hadits nabawi:
Bahwa Rasulullah SAW menjama’ shalat bukan karena takut juga bukan karena hujan.
4. Sebab Haji
Para jamaah haji disyariatkan untuk menjama` dan mengqashar shalat zhuhur dan Ashar ketika berga di Arafah dan di Muzdalifah.Dalilnya adalah hadits berikut ini:
Dari Abi Ayyub al-Anshari ra. Bahwa Rasulullah SAW menjama` Maghrib dan Isya` di Muzdalifah pada haji wada`. (HR Bukhari 1674).
5. Sebab Keperluan Mendesak
Bila seseorang terjebak dengan kondisi di mana dia tidak punya alternatif lain selain menjama`, maka sebagian ulama membolehkannya. Namun hal itu tidak boleh dilakukan sebagai kebiasaan atau rutinitas.
Dalil yang digunakan adalah dalil umum seperti yang sudah disebutkan di atas. Allah SWT berfirman:
“Allah tidak menjadikan dalam agama ini kesulitan”. (QS. Al-Hajj: 78)
Dari Ibnu Abbas ra, “beliau tidak ingin memberatkan ummatnya”.(HR Muslim 705).
Dari Ibnu Abbas ra. Bahwa Rasulullah SAW menjama` zhuhur, Ashar, Maghrib dan Isya` di Madinah meski tidak dalam keadaan takut maupun hujan.”
Menjama’ Shalat Karena Macet
Kita yang hidup di tengah belantara metropolitan ini seringkali disulitkan dengan urusan macet, khususnya masalah waktu shalat maghrib. Sedangkan shalat Dzhur, Ashar, Isya dan Shubuh relatif tidak terlalu berpengaruh karena waktunya leluasa.
Yang paling mengkhawatirkan adalah shalat Maghrib yang waktunya sangat singkat. Padahal jam-jam seperti itu adalah jam macet di mana-mana. Sehingga banyak orang yang berpikiran bahwa macet itu ‘boleh’ dijadikan alasan untuk menjama’ shalat.
Tetapi apa dalilnya? Bisakah dalil darurat dijadikan alasan? Dan seberapakah nilaidarurat sebuah kemacetan itu sehingga boleh menggeser waktu shalat? Adakah dalil yang shahih dan sharih dari Rasulllah SAW yang membolehkan jama lantaran macet?
Jawabannya tentu tidak ada. Tidak ada hadits yang bunyinya bila kalian kena macet, maka silahkan menjama’ shalat.
Lalu apakah kondisi macet sesuai dengan salah satu penyebab di atas? Misalnya dengan urusan safar, hujan, sakit, haji atau keperluan mendesak?
Kalau dikaitkan dengan safat, maka macet yang sering kita alami tidak memenuhi syarat, karena dari segi jarak tidak memenuhi standar minimal. Kalau dikaitkan dengan keperluan mendesak, di sana ada syarat bahwa hal itu tidak boleh terjadi tiap hari. Dan yang namanya darurat itu tidak boleh terjadi sepanjang waktu.
Bukankah kita masih bisa turun dari bus atau mobil untuk shalat di mana pun? Bukankah shalat itu tidak harus di dalam sebuah masjid atau musholla? Bukankah kalau tidak ada air kita masih diperbolehkan bertayamum? Bukankah air tersedia di mana-mana, bahkan para penjual air minum kemasan pun berkeliaran saat macet?
Maka kaidah fiqhiyah yang anda sampaikan itu masih ada pasangannya, yaitu:
Sesuatu yang dharurat itu diukur berdasarkan kadarnya
Terakhir, kami bukan alumni Al-Azhar namun alumni Jami’ah Al-Imam Muhammad ibnu Su’ud Al-Islamiyah, yang bermarkas di ibukota Riyadh Al-Mamlakah Al-Arabiyah As-Su’udiyah. Universitas itu punya cabang di berbagai belahan dunia, salah satunya di Jakarta. Di sini lembaga itu bernama LIPIA dan anda bisa menengok kampus kami di www.lipia.org
Wallahu a’lam bishshawab, wassalamu ‘alaikum warahmatullahi wabarakatuh,

apa ada yang salah dalam keluarga kita?

Apa ada yang salah dalam keluarga kita ?
Dimana kebahagiaan keluarga kita terselip?
Gun Gun Abdul Ghofur, M.M.

Bismillahirrahmanirrahim,

Islam telah menjadikan ikatan pernikahan yang sah berdasarkan Al-Qur'an dan As-Sunnah sebagai satu-satunya sarana untuk memenuhi tuntutan naluri manusia yang sangat asasi, dan sarana untuk membina keluarga yang Islami. Penghargaan Islam terhadap ikatan pernikahan besar sekali, sampai-sampai ikatan itu ditetapkan sebanding dengan separuh agama. Anas bin Malik radliyallahu 'anhu berkata :
"Telah bersabda Rasulullah shallal lahu 'alaihi wa sallam :
"Artinya : Barangsiapa menikah, maka ia telah melengkapi separuh dari agamanya. Dan hendaklah ia bertaqwa kepada Allah dalam memelihara yang separuhnya lagi". (Hadist Riwayat Thabrani dan Hakim).

Setiap orang yang merenda cinta dengan ikatan pernikahan tentunya sangat menginginkan kebahagiaan yang abadi, dengan terbentuknya keluarga yang sakinah, mawaddah dan warohmah. Kebahagiaan tersebut meliputi kebahagiaan dalam hal ketenangan dalam sandang, pangan dan papan. Akan tetapi dalam perjalanan mengarungi bahtera hidup rumah tangga tidak selamanya kenyataan sesuai dengan yang dicita-citakan bahkan sebaliknya yang kita dambakan dan kita idam-idamkan malah justru berbuah kepahitan dan kesengsaraan yang mengekang laju perjalanan rumah tangga.

Tidak sedikit orang yang mendambakan kebahagiaan dalam rumah tangganya, ternyata malah mendapatkan kepahitan dan penderitaan. Hal ini disebabkan karena tidak adanya tujuan yang jelas dalam pernikahan dan jauhnya pribadi orang tersebut dari ilmu serta lingkungan masyarakat social yang baik. Hal ini jelas dibuktikan dengan maraknya kasus perceraian dimana-mana. Sangat memilukan memang, ketika pesta pernikahan yang dilangsungkan dengan begitu mewahnya, menghabiskan dana ratusan juta rupiah, melibatkan orang yang sangat banyak demi menjadi saksi atas pernikahannya, tetapi belum genap satu bulan rumah tangga tersebut hancur, runtuh dihantam gejolak syahwat yang berlebihan.

Kebahagiaan ada dimana-mana, pada mereka yang miskin, yang kaya, berpangkat tinggi ataupun pekerja rendahan. Setiap orang berhak untuk menikmati kebahagiaan. Namun kenyataannya, mengapa kita menemukan demikian banyak orang yang mengeluhkan hidupnya tidak bahagia. Keluhan yang tidak hanya dating dari mereka yang hidupnya miskin, namun juga dari mereka yang hidup serba berkecukupan dan berlebih. Sebab kunci kebahagiaan tidak bergantung kepada jumlah dan nila materi atau pangkat dan jabatan yang kita miliki. Kebahagiaan lebih ditentukan dengan keterampilan dalam mengelola hati, sehingga kegagalan dalam mengelola hati inilah yang menyebabkan orang merasa tidak bahagia.

Diantara wujud kegagalan dalam mengelola hati tersebut diantaranya :
1. Munculnya perasaan tidak puas terhadap apa yang telah dianugerahkan Allah kepadanya. Misalnya Istri tidak puasa terhadap penghasilan yang didapatkan oleh suami, begitu pula suami tidak puas terhadap peran istri di rumah. Orang kaya tidak puasa dengan kekeyaannya yang ada saat ini, sehingga dia terus menerus memupuk kekayaan sebanyak mungkin dan akhirnya sampai menghalalkan segala cara demi terwujudnya keinginannya.
2. Sebagai akibat dari adanya ketidakpuasan terhadap apa yang Allah berikan, maka dia akan hilang rasa syukur kepada Allah. Ketika manusia selalu merasa tidak pernah puas, maka segala yang telah ia miliki dan peroleh dipandang rendah dan kurang bernilai.
Kunci kebahagiaan sebenarnya terletak pada sikap qonaah, yaitu selalu menerima dan bersyukur atas apa yang diberikan oleh Allah kepadanya, senantiasa merasa bangga, bernilai dan berharga atas pemberian Allah dan menjadikan segalanya bernilai di dalam hidupnya, tidak pernah menyepelekan pemberian dari Allah walau hanya seteguk air minum. Karena dengan konsep syukur inilah justru segala nikmat dari Allah akan ditambah lagi, dan kebalikannya ketika kita mengingkari akan nikmat Allah, maka akan semakin gelisah, resahlah kita dan yang paling berbahaya dihinggapinya penyakit hati dalam diri kita dan nanti di akhirat dia termasuk orang-orang yang celaka dengan azab Allah yang sangat pedih. Na’udzubillah
Firma Allah Ta’ala QS.Ibrahim : 7 :
"dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), Maka Sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".

27 Des 2010

Keluarga dan Tantangannya

KELUARGA DAN TANTANGANNYA
Gun Gun Abdul Ghofur, S.Psi., S.Pd.I, M.M.
Telah menjadi sunnatullah, setiap orang yang memasuki gerbang pernikahan baik laki-laki atau wanita, tua ataupun muda, pada dasarnya ingin mencipakan keluarga yang harmonis, kondusif dan berkualitas, dalam islam dikenal dengan keluara sakinah, mawaddah dan warohmah.
Keluarga merupakan kelompok social pertama dalam kehidupan manusia, tempat ia belajar dan menyatakan diri sebagai manusia social di dalam hubungan interaksi dengan kelompoknya. Kelompok keluarga merupakan kelompok primer, termasuk di dalamnya pembentukan norma-norma social, internalisasi norma-norma, terbentuknya frame of reference, sense of belongingness, dan lain-lain.
Pada era sekarang ini nilai dan pola hubungan dalam keluarga lebih di dominasi oleh nilai dan pola hubungan yang individualistic bukan lagi mengedepankan nilai dan pola kebersamaan, saling menghormati dan berkasih-sayang. Kenyataan yang terjadi sekarang ini, kita sering menyaksikan di media-media contoh keluarga yang jauh dari harmonis bahkan tidak lagi mendasarkan kepada nilai dan pola yang bersumber dari agama dan nilai social kemasyarakatan. Seperti contoh seorang bapak tega membunuh istri dan anak-anaknya, begitu pula seorang istri ada dengan tangannya sendiri membunuh tiga anaknya, belum lagi seorang anak dikarenakan dibakar rasa cemburu atas perlakuan yang menurutnya diskriminasi dari orang tuanya tega membunuh bapak-ibunya. Subhanallah, betapa mengerikannya potret kehidupan keluarga seperti itu, jauh dari yang disampaikan oleh suri tauladan terbaik kita yaitu nabi Muhammad SAW dengan keluarga yang penuh kasih sayang, saling menghormati dan jauh dari anarkisme.
Meningkatnya teknologi informasi yang mengusung nilai-nilai masyarakat barat, sekarang telah merambat hampir seluruh lapisan masyarakat. Pola-pola permainan tradisional yang sarat dengan ajaran nilai-nilai luhur, semakin tersingkir oleh permainan-permainan instant yang notabene adalah produk industrialisasi. Modernisasi yang dicirikan adanya orientasi kepada efisiensi, pertumbuhan, produktifitas, kompetisi dan individualisasi yang menciptakan manusia ekonomis yang rakus, membawa dampak yang cenderung negative dalam kehidupan keluarga.
Kehidupan yang berorientasi pada produksi dan kompetisi, menjadikan sebagian besar orang tua, memiliki sedikit waktu untuk berinteraksi dengan anggota keluarga, khususnya anak-anak di rumah karena terobsesi untuk mendapatkan lebih banyak materi atau telah menjadi budak mesin industrialisasi di perusahaan-perusahaan dan pabrik. Akibatnya pengawasan terhadap perkembangan pendidikan anak tidak bisa dilakukan dengan baik oleh orang tua. Akhirnya, pola asuh anak lebih ditentukan oleh pembantu sebagai orang yang paling banyak waktunya untuk berinteraksi dengan anak. Biasanya orang tua baru sadar dengan dampak buruk dari kondisi ini, ketika anaknya yang baru kelas 2 SD sudah berbuat cabul dengan balita tetangganya, atau kecanduan merokok dan narkoba na’udzubillah. Ditambah lagi dengan tersedianya berbagai fasilitas hiburanm dan permainan yang memiliki dampak buruk jika tidak diarahkan dengan benar, apakah dalam bentuk hiburan TV, VCD atau permainan-permainan lainnya. Informasi-informasi yang dihadirkan di dalam TV seringkali banyak hal yang seharusnya belum saatnya diterima oleh anak, karena kondisi anak masih pra-operasional sehingga belum mampu membedakan mana yang baik dan yang buruk, akibatnya anak yang menjiplak mentah-mentah apa yang didapatkannya.
Suasana kompetisi dalam masyarakat industrial juga dapat juga memicu tingkat stress dan depresi. Suasana kerja yang sangat kompetitif bisa menguras seluruh tenaga dan pikiran sehingga ketika pulang ke rumah sudah dalam keadaan loyo, padahal di rumah istri dan anak menunggu sang suami pulang untuk ikut terlibat secara langsung dalam permainan-permainan yang terkadang mengharuskan sang suami mengerahkan energinya juga, tapi karena pulang sudah dalam keadaan loyo jadi dia tidak bisa meladeni permainan tersebut. Pola-pola seperti ini apabila terjadi secara terus menerus, bukan tidak mungkin keharmonisan keluarga akan terganggu dan yang ada hanya emosi dan marah.
Padahal Rasulullah SAW telah mencontohkan betapa akrabnya dan dekatnya beliau dengan cucu-cucunya. Dari Usamah bin Zaid ra, bahwa Rasulullah saw menggendongku, kemudian mendudukkan aku diatas pahanya dan mendudukkan Hasan diatas pahanya yang lain, kemudian Nabi mendekap kami berdua seraya berdo’a : “Ya Allah, kasihilah mereka berdua sebab aku mengasihinya.” (HR. Bukhari no.5544 CD)
Hadits diatas menerangkan bagaimana Rasulullah SAW berlaku akrab dengan cucu beliau dan anak-anak. Bahkan beliau mendo’akan mereka agar memperoleh kasih saying dari Allah seperti kasih saying yang beliau berikan kepada kedua anak tersebut.
Hubungan orang tua dan anak dapat menjadi akrab bila keduanya melakukan usaha-usaha sebagai berikut :
1. Orang tua dan anak masing-masing menjalankan tanggung jawabnya sesuai dengan ketentuan agama.
2. Orang tua dan anak menjauhi segala macam perbuatan durhaka terhadap yang lain sebagaimana yang ditentukan agama.
3. Orang tua dan anak memahami sifat fitrah masing-masing sesuai dengan ketentuan agama.
4. Orang tua dan anak menerapkan langkah-langkah yang dapat mengakrabkan hubungan mereka sesuai dengan tuntunan agama.
5. Mertua dan menantu melaksanakan ketentuan agama dalam menjalankan hubungan kekeluargaan.
6. Bila orang tua telah lanjut usia, anak merawatnya dengan kasih saying seperti orang tua merawat dirinya pada masa kecil.
Referensi :
Merenda cinta merengkuh bahagia, oleh Imam Khoiri
25 ciri keluarga sakinah penuh berkah, oleh Drs. Muhammad Thalib
20 Rahasia Ikatan kejiwaan suami-istri, oleh Drs. Muhammad Thalib
Psikologi Sosial, oleh Gerungan

hati2 pegaulan bebas remaja saat ini

Masa remaja adalah masa yang paling berseri. Di masa remaja itu juga proses pencarian jati diri. Dan, disanalah para remaja banyak yang terjebak dalam pergaulan bebas.

pergaulan bebas di kalangan remaja telah mencapai titik kekhawatiran yang cukup parah, terutama seks bebas. Mereka begitu mudah memasuki tempat-tempat khusus orang dewasa, apalagi malam minggu. Pelakunya bukan hanya kalangan SMA, bahkan sudah merambat di kalangan SMP. ‘’Banyak kasus remaja putri yang hamil karena kecelakan padahal mereka tidak mengerti dan tidak tahu apa resiko yang akan dihadapinya,’’ kata cowok yang disapa Mareno ini pada Xpresi, Rabu (20/8) di ruang kerjanya.
Meskipun begitu, lanjutnya para remaja yang mengalami ‘kecelakaan’ ini tak boleh dijauhi dan dibenci. ‘’Kita tidak pernah melarang mereka untuk melakukan hubungan seks, karena ketika dilarang atau kita menghakimi, mereka akan menjauhi kita. Makanya, Dkap disini merupakan teman curhat mereka dan kita memberikan solusi bersama. Seberat apapun masalahnya, kalau bersama bisa diatasi,’’ ungkapnya lagi.

Bukan hanya remaja nakal saja yang terjebak, anak baik pun bisa kena. ‘’Anak baik yang disebut anak rumah pun ada yang mengalami ‘kecelakaan’,’’ ucapnya.

Oleh sebab itu, sangat diperlukan pancegahan dini dengan memberikan pengetahuan seks. ‘’Pendidikan seks itu sangat penting sekali. Tapi, di masyarakat kita pendidikan seks itu masih dianggap tabu. Berdasarkan pengamatan kami, banyaknya remaja yang terjebak seks bebas ini dikarenakan mereka belum mengetahui tentang seks. Seks itu bukan hanya berhungan intim saja. Tapi, banyak sekali, bagaimana merawat organ vital, mencegah HIV dan lainnya. Pelajari seks itu secara benar supaya kita bisa hidup benar,’’ tuturnya.


Banyaknya kalangan remaja yang melakukan seks bebas, lanjutnya diindikasikan ada jaringan tertentu yang menggiring anak-anak ke hal yang negatif. Oleh karena itu, MUI menghimbau untuk menutup tempat yang berbau maksiat. ‘’Menutup tempat maksiat itu jauh lebih penting demi generasi muda,’’ sarannya.

Ditingkat pergaulan dalam kondisi hari ini, anak-anak bisa saja berbohong. Oleh sebab itu, sambungnya pengawasan orang tua harus diperketat. Tentu saja contoh perilaku orang tua sangat berperan. Ia berharap, semua sekolah-sekolah tanpa terkecuali memperkuat kembali kehidupan beragama. ‘’Kita harus menanamkan nilai-nila agama sejak dini sehingga mereka memiliki kepribadian yang kuat,’’ katanya.

Hal yang sama juga diutarakan Drs Ali Anwar, kepala SMA 5 Pekanbaru. Menurutnya, akibat perkembangan zaman, ketika agama tidak lagi menjadi pokok dalam kehidupan banyak remaja yang terjebak dalam pergaulan bebas. ‘’Solusinya, kuatkan lagi ajaran agama. Baik di sekolah maupun di rumah agama merupakan kebutuhan pokok,’’ ucapnya.

Selain itu, orang tua harus lebih memperhatikan anaknya. ‘’Orang tua dan anak harus selalu berkomunikasi. Sehingga tahu persoalan anak,’’ ungkapnya.

Kepribadian Muslim

kepribadian muslim
Kita tahu bahwa Islam itu bertolak daripada iman. Namun iman saja tidak mencukupi. Ia perlu juga ilmu dan amal.
Islam itu ialah iman, ilmu dan amal. Tanpa ketiga-tiga elemen ini, maka Islam tidak akan terlaksana pada pribadi seorang Muslim.
Untuk mencapai tujuanini, roh dan akal mesti berperanan. Disamping itu seseorang muslim perlu mendapat pimpinan. Ketiga-tiga pengaruh ini wajib ada. Kalau tidak pribadi Muslim itu akan jadi cacat dan tidak sempurna.
Peranan Roh
Roh berperanan dalam soal iman. Roh melibatkan soal kepercayaan dan keyakinan. Tentang akidah dan pegangan. Tentang keimanan kepada Allah dan hari Akhirat. Tentang rasa cinta dan takut dengan Allah.
Peranan Akal
Akal berperanan dalam soal ilmu. Ia berkait dengan penyampaian dan penerimaan ilmu. Tentang ta’alim atau pengajian. Tentang pembelajaran. Peranan akal membuat seseorang itu menjadi alim dan bepengetahuan. Namun kalau peranan akal saja yang wujud dan peranan roh dan kepimpinan tidak ada, maka seseorang itu akan menjadi ahli ilmu yang tidak cinta dan tidak takut dengan Allah. Yang tidak ada cita-cita akhirat.
Peranan Kepimpinan
Kepimpinan melibatkan didikan, panduan, contoh dan suri teladan. Tentang bagaimana ilmu itu dapat dan patut diamalkan. Tentang siapa yang patut dicontohi dalam mengamalkan ilmu, yang tentunya adalah teladan kita nabi Muhammad saw. Tanpa ada pimpinan dari seorang pemimpin sebagai contoh atau model, sukar ilmu dapat difahami lebih-lebih lagi untuk diamalkan dan dihayati.



meniti langkah menuju kesuksesan yang hakiki

Jalan panjang nan berliku penuh onak dan duri, itulah  sekilas perumpaan pengembaraan hidup kita di dunia yang sebenarnya adalah hanya persinggahan sesaat, hanya jembatan menuju kehidupan yang jauh lebih panjang, jauh lebih berliku-liku yang tiada akhirnya, yang pada kesempatan itu hanyalah dua pilihan yaitu BAHAGIA ataukah SENGSARA...?
hari ini kita mulai pengembaraan perjalanan kita... setiap diri kita terlahir dari rahim seorang ibu yang dengan penuh kesabaran dan penuh penderitaan menanggung beban hampir 10 bulan lamanya, ketiak kita dilahirkan kita hanya bisa menangis, sedangkan orang-orang disekitar kita tersenyum bahagia tanda kelahiran yang dinantikan pun tiba, sesosok wajah yang berseri penuh asa dan harapan menjadi buah hati dambaan setiap orangtua menjadi anak yang sholeh-sholehah dan berguna terpancar saat itu, rona wajah yang bersih suci menandakan ketiadaan dosa, hari terus berlalu berganti bulan dan tahun pun mengunjugi, setahap demi setahap si kecil berubah menjadi anak yang lucu, lugu penuh keceriaan, penuh tawa dan gembira, sampai akhirnya menjadi sesosok tubuh yang besar dan kepribadian yang unik... itulah kita hari ini...
apa yang sudah bisa kita berikan untuk membalas kebaikan-kebaikan orang tua kita? apa yang sudah kita persiapkan untuk kado ulang tahun orang tua kita? apa yang akan kau lakukan untuk masa depan mu? hari ini kita sejenak berpikir, merenungi kilas cerita diatas, dan mencoba mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan tersebut... maka kesuksesan anda hari ini adalah doa dan harapan orangtua ketika kelahiranmu...
mari sukses bersama..raih sejuta asa dan mimpi untuk menjadi harapan keluarga.